Bahan - bahan :
@ daging sapi : 5 ons ( potong menjadi tipis-tipis seperti untuk dendeng, cuci bersih)
@ telur puyuh :20 biji (rebus sampai matang dan kupas utk campuran daging)
Bumbu - bumbu :
@ Tomat merah : 2 buah (dipotong-potong)
@ Cabe merah : 15 buah
@ Cabe rawit : 10 buah @ Bawang merah : 8 siung
@ Bawang putih : 5 siung @ Jahe : 1 ruas jari
@ daun jeruk : 3 lembar
Garam dan penyedap secukupnya,bisa ditambah gula pasir 1/2 sdk makan.
Cara memasak : * daging sapi direbus sampai lunak ( 45 menit) tambahkan garam dan masako sapi
* Goreng daging sampai matang (sisihkan ditempat)
* rebus seluruh bumbu dimulai dari bawang merah-putih dan selanjutnya dll 5 menit,lalu diuleg sampai lembut seperti sambal kasar
* Tumis bumbu yang sudah diuleg seperti sambal tadi ,masukkan daging yang sudah digoreng,tambahkan air sedikit saja agar bumbu meresap kedaging, tunggu sekitar 7 menit
* Tambahkan garam,penyedap sedikit, gula pasir sedikit /secukupnya sesuai selera
* Balado dendeng puyuh siap saji
Tips memasak : # daging sapi bisa digantikan dengan ampela atau yang lain sesuai selera
# Memasak dengan penuh kasih sayang untuk keluarga dan sajikan dengan senyuman manis
Selamat Mencoba.......................
( Sufrir por Amor )
Mengubur semua hasrat,mengubur semua ingin bagaikan bernafas dalam lumpur. Kerinduan yang tak pantas diyana , kecaman-kecaman penghasut hasrat liar mengoda tak berujung ,hanya pelarian-pelarian kecil tak berarah.Kebahagiaan bercampur dendam, bergelut kekhawatiran , berkecam kecurigaan. Haruskah kebahagiaan tak seutuhnya kebahagiaan saja tanpa embel-embel lain yang menodainya?
Ketika relung mendesah lelah , ketika jiwa ingin lari mengejar liarnya, hati mengiris ,pikiran melayang tak seirama dengan logika, hampa,kosong ,buntu dan berakhir dengan membiarkan waktu saja yang bicara.
Mengubur semua hasrat,mengubur semua ingin bagaikan bernafas dalam lumpur. Kerinduan yang tak pantas diyana , kecaman-kecaman penghasut hasrat liar mengoda tak berujung ,hanya pelarian-pelarian kecil tak berarah.Kebahagiaan bercampur dendam, bergelut kekhawatiran , berkecam kecurigaan. Haruskah kebahagiaan tak seutuhnya kebahagiaan saja tanpa embel-embel lain yang menodainya?
Ketika relung mendesah lelah , ketika jiwa ingin lari mengejar liarnya, hati mengiris ,pikiran melayang tak seirama dengan logika, hampa,kosong ,buntu dan berakhir dengan membiarkan waktu saja yang bicara.